Mengenal Lebih Dekat Angkringan Baca 17

 


Angkringan

Ketika mendengar istilah angkringan, biasanya akan teringat suasana Yogyakarta. Yogyakarta menjadi salah satu icon terkenal terhadap kata angkringan ini. Namun, menurut sejarah angkringan ternyata berasal dari Klaten Jawa Tengah. Angkringan  lahir dari Inovasi Eyang Karso Dikromo. Pada masa mudanya, Eyang terkanal dengan panggilan Jukut. (Kompas.com: Sejarah Angkringan dari Desa Klaten, kini populer diYogyakarta)

Angkringan secara bahasa berasal bahasa jawa yang berarti alat dan tempat jualan makanan keliling yang pikulnya berbentuk melengkung ke atas. Sedangkan secara istilahnya angkringan berarti gerobak dorong untuk menjual berbagai macam makanan dan minuman di pinggir jalan di pesisir tanah Jawa tengah, Jogja, Jawa Timur (wikipedia: angkringan). dengan harga yang ekonomis.

Berdasarkan bahasa dan istilah, kita bisa renungi bahwa angkringan menjadi penopang salah satu kehidupan manusi. Makanan yang dijajahkan di sini, tergolong harga yang ekonomis. Hal ini menandakan bahwa adanya kesejahtraan, dan kesamaan kelas bagi penikmatnya. Lagi, persamaan kelas yang menjadi simbol selanjutnya ditinjau dari pengunjung angkringan. adalah semua lapisan masyarakat, dimulai dari petani, pegawai negeri, mahasiswa, hingga pejabat.

Baca

‘Baca’ adalah salah satu simbol literasi. Imam al-Ghazali pernah berkata bahwa “jika kamu bukan anak raja, atau ‘ulama, maka menulislah!”. Pernyataan tersebut sangat tegas perintah untuk berliterasi, karena menulis tanpa membaca adalah ‘bohong’. Sedangkan jauh sebelum itu, perintah pertama saat Nabi Muhammad SAW menerima wahyu di goa Hira saat Nabi berkontemplasi adalah soal baca ‘bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan’ (QS, 96:1). Berdasarkan dua pernyataan ini, kita dapat renungi betapa pentingnya kegiatan tersebut.

Filosopi Tentang Angkringan Baca 17

Berdasarkan landasan tersebut, angkringan baca hadir sebagai satu komitmen untuk membiasakan dan membumikan kegiatan membaca ini (literasi). Angkringan yang merupakan salah satu icon Yogyakarta, selaras dengan sebutan Yogyakarta sebagai kota pelajar, dengan berjuta kreasi tentang literasinya. Selanjutnya, dalam kegiatan literasi juga tidak ada perbedaan kelas, golongan, dan agama apapun. Atas nama manusia, kita semua sama di hadapan literasi (baca).

Literasi juga harusnya dapat diakses oleh siapapun tanpa pandang harga (materi). Simbol angka 17 melambangkan perintah dari litarasi yang pertama diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW yaitu pada tanggal 17 ramadhan. Selain itu, 17 menjadi simbol kemerdekaan ibu pertiwi kita.

Pada tanggal 17 Agustus 1945 itulah kita semua sebagai bangsa ini memproklamasikan kemerdekan kita. Kebebasan yang diinginkan selama 3,5 abad lamanya. Kebebasan dari sisi ini dipandang dengan kebebasan membaca (berliterasi), sebagai warga negara Indonesia tanpa pandang perbedaan apapun.

Selain itu, lingkaran berwarna hitam adalah simbol pengabdian kita sebagai warga negara Indonesia untuk merealisasikan nilai nasionalisme. Di sisi lain, warna hitam menyimbolkan turut berduka cita atas kabar literasi di negeri ini, dengan torehan prestasi sebagai salah satu negara terendah minat baca dengan persentasi 0,0001%. Dengan demikian dari perbandingan ini dilihat dari 1000 anak Indonesia yang minat baca cuma ada seorang saja.


Post a Comment

2 Comments