artikel
Black Hole
A.
Informasi
dalam sains
Alam semesta setelah terjadi
dentuman besar adalah nebula yang hanya terdiri dari hidrogen dan helium. Unsur
yang lebih berat terbentuk kemudian melalui reaksi nuklir yang ddirancang sengaja.
Namun, kebenaran unsur yang lebih berat tidaklah cukup bagi alam untuk menjadi
tempat yang layak bagi kehidupan. Masalah yang lebih penting adalah bagaimana
alam semesta dibentuk dan diatur.[1]
Kiat akan mulai bertanya seberapa
besar alam semesta ini. Mari coba memahami seberapa besar alam semesta ini dari
mulai memahami sistem tata surya kita yang matahari sebagai pusatnya. Diameter
matahari adalah 103 kali diamter bumi. Untuk menggambrakannya,
diamter bumi adalah 12.200 Km. Jika kita memperkecil bumi menjadi sebesar biji
kelerengm maka matahari sebesar bola sepak. Namun yang menarik adalah jarak
keduanya. Dengan perbandingan yang masih tetap, maka jarak antara bola sepak
dengan kelereng adalah 280 meter. Benda yang mewaikili planet terluar harus
diletakkan beberapa Km dari bola sepak[2].
Meskipun terlihat besar,
sesungguhnya tata surya sangatlah kecil dibandingkan galaksi bim sakti kita,
tempat tata surya berada. Terdapat lebih dari 250 milyar bintang didalam bima
sakti- beberapa mirip dengan matahari, yang lain lebih besar atau lebih kecil.
Bintang terdekat dengan dengan matahari adalah alpha centuri. Jika kita akan
meletakkan alpha centauri kedalam model tata surya kia (bole dan kelereng),
maka model bintang ini harus diletakkan 78.000 Km dari bola.[3]
Ini terlalu besar untuk siapapun
untuk memahaminya, jadi mari kita perkecil skalanya. Kita anggap bumi sebesar
debu. Ini akan menjadikan matahari sebesar biji kacang dan berjarak tiga meter
dari bumi. Dengan skala ini, Alpha Centauri akan diletakkan 640 Km dari
matahari.[4]
Hal ini yang menyebabkan betapa banyak ruang kosong dalam alam semesta ini yang
memungkinkan banyak black holes atau lubang hitam ruang angkasa.
Mendeteksi lubang hitam
tidaklah mudah. karena ukurannya yang kecil dan redup, jauh lebih sulit
dideteksi ketimbang bintang lainnya seperti raksasa merah dan kurcaci
putih,atau seperti bintang biasanya. Bintang neutron misalnya, bintang ini
lebih kecil dan redup, bahkan lebih sulit untuk dideteksi dan, jika seseorang
harus mengandalkan cahaya radiasi saja, mungkin tidak pernah terdeteksi. Jelas
lubang hitam, yang memancarkan cahaya atau gelombang mikro atau radiasi serupa,
mungkin akan membingungkan pengamatan sama sekali.
a. Black Holes adalah
benda bergravitasi kuat.
Ketika
kita berbicara black holes (Lubang Hitam
ruang angkasa) ini memiliki gaya gravitasi yang sangat kuat. Gravitasi
adalah satu-satunya gaya yang dapat kita
rasakan sehari-hari, namun sedikit sekali yang kita ketahui tentangnya. Gaya
gravitasi sesungguhnya disebut “gaya tarik massa”. Gaya ini paling lemah
dibandingkan gaya lainnya, namun karena gaya inilahm massa-massa yang sangat
besar tarik-menarik, gaya inilah yang membuat galaksi dan bintang-bintang di
alam semesta tetap berada pada orbitnya masing-masing[5],
black holes memiliki inti berupa gravitasi yang kuat.
b. Black Holes
tercipta dari Siklus hidup bintang
·
Star-forming
nebula, nebula Sebuah awan antar bintang debu dan gas terionisasi, nebula
merupakan pembibitan bintang, nebula inilah yang menjadi cikal bakalnya
terbentuknya sebuah bintang.
·
Red suprgiant,
raksasa super merah adalah sebuah bintang-bintang yang sangat besar,
sekitar lima puluh kali lebih besar dari pada matahari pada tata surya kita.
jauh ditengah raksasa-raksasa ini berlangsung proses yang sangat luar biasa.
·
Suvernova, pada tahun 1948, George Gamov mengembangkan perhitungan George Lemaitre
lebih jauh dan menghasilkan gagasan baru mengenai Dentuman Besar. Jika alam
semesta terbentuk dalam sebuah . ledakan besar yang tiba-tiba ini.[6]
Dentuman besar ini adalah sebuah ledakan yang tejadi ketika bintang-bintang
raksasa besar telah usai masanya atau bisa dikatakan bahwa suvernova adalah
siklus hidup bintang sebelum terjadinya black holes.
B.
Informasi
Sains Dalam al-Qur’an
وَسَخَّرَ لَكُمُ ٱلَّيۡلَ وَٱلنَّهَارَ وَٱلشَّمۡسَ
وَٱلۡقَمَرَۖ وَٱلنُّجُومُ مُسَخَّرَٰتُۢ بِأَمۡرِهِۦٓۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَأٓيَٰتٖ
لِّقَوۡمٖ يَعۡقِلُونَ ١٢
“Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan
untukmu. Dan bintang-bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan
Allah) bagi kaum yang memahami(nya) QS. An-Nahl 16:12”
Perubahan-perubahan
yang terjadi mengenai benda-benda dilangit seperti nebula hingga menjadi black
holes adalah bukti semua itu tunduk kepada Dzat yang Maha mengubah dan Maha
menjadikan sesutu yang berada di alam semesta ini menjad sementara atau tidak
ada yang kekal selain diri-Nya.
Dapat juga dikatakan
bahwa setelah menyebut nikmat-Nya yang terhampar dibumi, ayat ini beralih
mengurai nikmat-nikmat Illahi yang bersumber di langit. Untuk itu, ayat ini
menyatakan; Dan disamping aneka anugerah-Nya yang telah diuraikan
sebelum ini, masih banyak anugerah-Nya yang lain. Antara lain Dia
juga-demi kemaslahatan semua makhuk- menundukkan malam sehingga dijadikan gelap
agar kamu dapat beristirahat dan menundukkan siang sehingga menjadi
terang-benerang agar kamu dapat bekerja keras. Bahkan, Dia juga menundukkan
matahari untuk kamu dapat memanfaatkan cahayanya dan bulan agar kamu mengetahui
jumlah tahun dan perhitungan. Dan selanjutnya bintang-bintang ditundukkan pula
dengan perintah-Nya untuk kemaslahatan kamu, antara lain untuk kamu mengetahui
posisi bintang-bintang itu agar kamu dapat petunjuk arah dalam kegelapan. Hemat
penulis maksud dari pernyataan ini adalah ketika bintang-bintang itu
ditundukkan itulah bukti bahwa adanya kekuasaan Allah. Seharusnya dengan analogi
tersebut akal kita bisa mencerna bahwa siklus hidup bintang merupakan sebuah
bentuk dan bukti bahwa kekuasaan Allah itu ada pada alam semesta ini. Nebula
yang tebentuk hingga menjadi sebuah lubang hitam raksasa yang memiliki
gravitasi yang sangat tinggi ini berkemungkinan bisa menyerap benda langit yang
memiliki gravitasi yang rendah dibawahnya ini berpotensi terlahirnya
bintang-bintang baru yang kemudian menjalani siklus bintang tersebut. Hal ini
menunjukkan makhluk Tuhan yang bentuknya begitu besar berpotensi mengalami
kehancuran sesuai dengan kehendak-Nya dengan menundukkan bintang-bintang ini
lah salah satu tanda agar kita terus berpikir.
Sesungguhnya apa yang
demikian itu, yakni penundukan dan pengaturan itu, benar-benar terdapat banyak
tanda-tanda kekuasaan dan kasih sayang-Nya bagi kaum yang berakal, yakni yang
mau memanfaatkan akal yang dikaruniakan Allah kepada mereka.
Ar-Rizi dalam
bukunya, Durrat at-Tanzil menjelaskan mengapa ayat ini menggunakan bentuk jamak
untuk kata ayat/ tanda-tanda sedang pada ayat sebelumnya dan ayat setelahnya
menggunakan bentuk tunggal, karena yang diuraikan disini adalah perdaran
matahari, bulan dan bintang, masing-masing memiliki sistem yang berbeda dengan
yang lain. Jika demikian, ayat ini berbicara tentang banyak tanda dan karena
itu digunakan bentuk jamak.
C.
keterkaitan
teori sains dalam al-Qur’an
Sebagai mana makhluk Allah yang
lainnya, bintang juga makhluk Allah yang mengalami beberapa fase kehidupan yang
dimulai dari fase kelahiran (nebula), muda, dewasa, bintang tua (red giant),
dan mati ketika ia meledak (suvernova) san berubah menjadi black hole hingga
kembali lagi menjadi debu angkasa (nebula).[7]
Sebelum meledak, sebuah bintang tua akan membesar menjadi raksasa merah,
kemudian ia akan memuntahkan beberapa materi yang terdapat dilapisan luar
angkasa secara bertahap, inti bintang yang telah tertinggal oleh lapisan
luarnya ini akan kehabisan bahan bakar sehingga tidak dapat melakukan reaksi
nuklir lagi, akhirnya, ia akan mati dan meledak menjadi debu. Dari debu lagi
menhasilkan bintang lagi.
Bintang menghabiskan sekitar 90%
umurnya untuk membakar hidrogen dalam reaksi fusi yang menghasilkan helium
dengan temperatur dan tekanan yang sangat tiggi didalam ininya sebelum kemudian
meledak terkomunuklir raksasa. Fusi nuklir terus berlangsung didalamnya
menghasilkan sejumlah energi yang dibutuhkan bumi dan langit.
Selain gaya gravitasi yang
menjaga keseimbangan antara satu benda langit dan benda langit lainnyaa,
bintang juga memiliki kekuatan-kekuatan lain menjaga keseimbangan inti atmosfer
setiap benda langit. Kekuatan-kekuatan itu adalah kekuatan atom kuat, atom lemah,
dan elektromagnetik sejauh ini, para pakar mengetahui keempat energi itulah
yang menjaga keseimbangan langit.[8]
Karena memiliki massa yang sangat
besar, bintang memiliki kekuatan gravitasi yang sangat besar. Kekuatan
gravitasi bintang ini menarik setiap benda disekitarnya, ketika menjadi black
holes gravitasi disinilah yang paling besar hingga berpotensi menarik bintang-bintang
lainnya atau menjadi debu-debu raung angkasa. Galaksi kita Bima Saktim adalah
bagian dari gugusan galaksai yang disebut local group. Jika ikatan
kekuatan gravitasi ini hancur maka hancurlah bintang-bintang. Jika
bintang-bintang hancur maka hancurlah langit dan alam semesta secara
keseluruhan. Disinilah letak kehebatan hadis Rasulullah SAW, yang mengungkapkan
“Bintang-bintang adalah penjaga langit. Jika bintang itu hancur, apa yang
dijanjikan atas langit akan terjadi.”[9]
Fakta-fakta ini belum diketahui
manusia kecuali pada abad kedua puluh. Sementara itu, Rasulullah SAW. Telah
membicarakan seribu empat ratus tahun yang lampau, tepat ketika ketika manusia tenggelam
dalam khufarat dan takhayul, ini tentu saja membuktikan bahwa Rasulullah SAW.
Benar-benar terhubung dengan Tuhan, pencipta langit dan bumi. Penjelasan
mengenai fakta-fakta ilmiah yang terdapat dalam hadist nabi SAW. Mesti
diungkapkan untuk menepis keraguan orang-orang yang mengingkari kebenaran
risalah Muhammad SAW. Dengan cara ini diharapkan mereka semakin tertarik untuk
mempeljari al-Qur’an dan Hadist.[10]
[1]Harun
Yahya, Pustaka Sains Populer Islam, kesempurnaan penciptaan atom, Jilid II,
Bandung 2004, hlm.50
[2] Harun
Yahya, Pustaka Sains Populer Islam, kesempurnaan penciptaan atom, Jilid II,
Bandung 2004, hlm.50
[3] Harun
Yahya, Pustaka Sains Populer Islam, kesempurnaan penciptaan atom, Jilid II,
Bandung 2004, hlm.50
[4] Harun
Yahya, Pustaka Sains Populer Islam, kesempurnaan penciptaan atom, Jilid II,
Bandung 2004, hlm.50
[5] Harun
Yahya, Pustaka Sains Populer Islam, kesempurnaan penciptaan atom, Jilid II,
Bandung 2004, hlm.25
[6] Harun
Yahya, Pustaka Sains Populer Islam, penciptaan alam semesta, Jilid II,
Bandung 2004, hlm.11
Post a Comment
0 Comments