artikel
Welcome Ramdhan welcome pasaran kitab kuning
Sumber Gambar : http://www.qiroatipusat.or.id/2015/10/keutamaan-mengkhatamkan-al-quran.html
Salah satu tradisi agung (great tradition) di Indonesia adalah
tradisi pengajaran agama islam seperti yang muncul di pesantren Jawa dengan
lembaga-lembaga serupa di luar Jawa serta semenanjung malaya. Alasan pokok
munculnya pesantren ini adalah untuk mentransmisikan Islam tradisional
sebagaimana yang terdapat dalam kitab-kitab klasik yang ditulis beradab-abad
yang lalu. Kitab-kitab ini dikenal di Indonesia sebagai kitab kunging (Lihat Bruinessen
Martin Van, Kitab kuning dan tarekat, hlm 91).
Era milineal saat ini ketika manusia
sibuk dengan gadget serta tekhnologi yang memanjakan masih ada
sekelompok manusia yang perduli akan pentingnya tradisi yang sudah dibangaun
oleh ulama terdahulu yaitu di lingkungan pesantren salaf terkenal sangat
kental dengan tradisi ngaji kitab-kitab klasik karya ulama-ulama terdahulu
seperti mengkaji kitab Tafsir Jalalain karya al Imamain Jalaludin
al-Mahali dan Jalaludin as-Suyuti, kitab al-Hikam karya Ibnu at-Toilah
as-Sakandari, Ihya ‘Ulumiddin karya Imam al-Ghozali, dan lain
sebagainya. Bulan suci ramdhan adalah bulan yang ditunggu bagi para muslim dan
muslimah khususnya kaum santri, selain banyak keutamaan dalam beribadah, bulan
ramadhan juga memiliki satu tradisi unik di kalangan para santri yaitu pasaran
kitab kuning. Pada bulan ini biasanya di pondok-pondok pesantren khususnya
pondok pesantren salaf dibudayakan pengajian pasaran kitab kuning, contohnya
seperti pondok An Nur Ngerukem Pendowoharjo Sewon Bantul Yogyakarta. Ponpes An
Nur yang didirakan oleh seorang Kiyai yang karismatik yaitu Simbah Nawawi Abdul
Aziz al-Hafidz memang terkenal sebagai pondok para penghafal al-Qur’an namun
tidak menutup kemungkinan mengajarkan kitab-kitab kuning.
Memasuki bulan suci ramadhan ini PP
An Nur sudah membuka berbagai macam kegiatan untuk mengisi bulan yang mulai ini
sebelum akhirnya libur panjang dimulai, seperti membuka setoran seperempatan al-Qur’an
untuk para santri tahfid dan pasaran kitab kuning seperti kitab Mala ‘Ainun
Roats karya Sayyid Ahmad al-Maliki al-Hasani. Komplek Nurul Huda yang di
ampu oleh Gus Rumaizijat pondok pesantren An Nur sudah memulai pengajian
sepuluh hari menjelang ramadhan dengan pasaran berbagai kitab seperti Fatul
Muin, Riyadussolihin, dan lainnya. Tiada hari tanpa ngaji adalah
salah satu tekad yang ditanamkan oleh Gus Rumaizijat pada santrinya seolah
membakar api semangat untuk mengisi hari-hari dalam ramadhan tahun ini dengan
target khatam sebelum tanggal 20 ramadhan nanti.
Kigiatan mengaji yang padat sudah
diterapkan di kompkek ini untuk bersiap menyambut bulan suci ramadhan. Dengan
jadwal mengaji yang begitu padat tidak membuat santri mengeluh, akan tetapi
membuat para santri mengerti bagaimana perjuangan ulama-ulama terdahulu seperti
imam al-Bukhor yang menuliskan kitab shahih Bukhori, beliau selalu mandi dan
melaksanakan shalat dua rakaan untuk menuliskan satu hadis dalam kitabnya. Ini
menunjukkan betapa pentingnya mengencangkan ikat pinggang untuk bertempur
melawan lelah dalam mencari ilmu di pondok pesantren.
Simbah Nawawi pernah berkata“Kabeh
santri kudu ngaji, nek ora ngaji mulang, nek ora mulang ngaji” artinya
semua santri harus mengaji, jika tidak mengaji maka harus mengajar, jika tidak
mengajar maka harus mengaji. sebuah kata yang memiliki arti penting tugas
seorang santri di pada umumnya. Kata itu selalu dipegang teguh oleh para santri
pondok pesantren An Nur terkhusus memasuki bulan yang penuh barokah ini dengan
semangat menyinsingkan lengan baju berlomba dalam kebaikan meraih keberkahan
bulan suci ramadhan dengan membuka halaman demi halaman kitab-kitab karya
ulama-ulama agar menjadi setitik cahaya dalam kegelapan dengan berlandasan
Islam yang moderat untuk mempertahankan tradisi bangsa ini.
Post a Comment
0 Comments